Hyksos adalah sebuah nama yang diberikan oleh bangsa Mesir terhadap para pengembala keturunan suku amaliqah yang menetap di sebelah timur delta sungai Nil, Mesir. Istilah “hyksos” pertama kali diperkenalkan oleh Manetho (seorang pendeta dan ahli sejarah Mesir). Menurut manetho “hyksos” berasal dari dua akar kata yakni “hyk” yang berarti gembala, dan “sos” yang berarti raja, maka hyksos memiliki arti raja pengembala. Sebutan (nama) yang diperoleh kaum Hyksos adalah karena kaum tersebut berhasil menduduki dan menguasai Mesir tanpa pertempuran meskipun dengan latar belakang pengembala. Bagi bangsa mesir, masa kekuasaan kaum Hyksos adalah kecelakaan sejarah. Memang ironi, Bangsa mesir yang kuat serta memiliki pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi, dapat ditaklukan oleh kaum Hyksos yang merupakan pendatang di wilayah kekuasaan Mesir. Oleh karena hal itu, bangsa Mesir sendiri berupaya untuk menghilangkan jejak sejarah kaum Hyksos dengan mengusirnya hingga ke palestina dan kemudian memusnahkannya. Akan tetapi, bukti bahwa kaum Hyksos pernah berkuasa di Mesir masih dapat dibuktikan dengan ditemukannya sebuah dokumen dalam bentuk tulisan hieroglif. Keberadaan Hyksos mendapatkan legitimasi dalam Dokumen Hieroglif yang tertera dalam Daftar Penguasa Mesir di Turin. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa pernah penguasa Mesir Kuno tidak bergelar Fir’aun (Per-Ah, Phar-Aoh) melainkan Raja. Pada mulanya memang tidak diketahui adanya kekuasaan Hyksos di Mesir, dokumen hieroglif hanya sebatas pajangan saja. Akan tetapi pada akhirnya kekuasaan Hyksos di Mesir dapat dibuktikan setelah ditemukannya metode dalam membaca dan mengartikan tulisan hieroglif. Hieroglif baru dapat dibaca sejak tahun 1824, atas jasa Jean Francois Champollion (1780 – 1832 M).
A. Keadaan negeri Mesir sebelum kedatangan Hyksos
Sejak tahun 3400 SM, Mesir pernah diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga zaman yaitu Kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Mesir Pertengahan yang berpusat di Avaris dan Kerajaan Mesir Baru dengan ibu kota Thebes (Luxor dan Karnak)[1]. Dibawah ini disajikan data periode ketiga puluh dinasti tersebut :
Dinasti | Periode | Masa kekuasaan (SM) |
I - II | Periode Kuno | 3188 - 2815 |
III - IV | Kerajaan Mesir Tua | 2815 - 2294 |
VII - X | Periode Menengah Pertama | 2294 - 2134 |
XI - XII | Kerajaan Mesir Pertengahan | 2132 – 1777 |
XII - XVII | Periode Pertengahan Kedua | 1777 – 1573 |
XVII - XX | Kerajaan Mesir Baru | 1573 – 1090 |
XXI - XXV | Kerajaan Mesir Baru I | 1090 – 663 |
XXVI | Saite Periode | 663 – 525 |
XXVII - XXXI | Periode Terakhir | 525 - 332 |
Sumber : Edward E.S. 1947. The Pyramids of Egypt. London: Penguin Books
Berdasarkan tabel tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa Kerajaan Mesir memang berkuasa dalam waktu yang lama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kerajaan Mesir memang kuat. Namun, seperti yang telah saya jelaskan bahwa kerajaan Mesir pernah mengalami kecelakaan sejarah dengan dikuasai oleh pihak asing yakni kaum Hyksos.
Hyksos menguasai Mesir pada periode pertengahan kedua (1777-1573 SM).Masa Kerajaan Mesir Pertengahan adalah salah satu masa yang penting dalam sejarah Mesir. Pada masa ini, Mesir memperoleh puncak kejayaannya ketika pemerintahan dipegang oleh Dinasti XII (2000-1788 SM). Pada masa ini pula daerah kekuasan mesir semakin luas membentang hingga Nubia dan palestina. Kehidupan serta keamanan didalam negeri pun dapat dikendalikan, ilmu sastra dan kerajinan tangan bertambah pesat, pertanian, perniagaan, dan ilmu pengetahuan pun bertambah maju[2]. Pada masa pemerintahan amenemhet III (Dinasti XII) Mesir membuat sebuah bendungan raksasa di Fayoum untuk kepentingan pertanian ataupun kebutuhan lainnya. Selain itu, Amenemhet III juga melakukan upaya pendayagunaan daerah pertambangan di semenanjung Sinai. Upaya tersebut berhasil dilakukan sehingga dari hasil pertambangan tersebut digunakan sebagai sumber tetap keuangan negara. Ditengah puncak kejayaannya, saat itu pula Amenmhet III meninggal dunia sehingga Mesir mengalami kekosongan kekuasaan. Tidak ada kader yang dipersiapkan untuk menggantikan Amenemhet III sehingga terjadi perebutan kekuasaan. Dinasti XIII mengambil alih kekuasaan, akan tetapi pemimpin mereka lemah saat itu bahkan diantara rajanya ada yang berkuasa hanya beberapa hari saja. Perpecahan pun tidak dapat dihindari sehingga terjadi ketidakstabilan didalam pemerintahan Dinasti XIII ini.
B. Penaklukan Mesir oleh Hyksos
Ketidakstabilan pemerintahan ketika Mesir dibawah kekuasaan Dinasti XIII menjadi satu celah yang dimanfaatkan dengan baik oleh kaum Hyksos. Mesir pada saat itu benar-benar dalam keadaan yang sangat kacau hingga terjadi perpecahan diantara para penguasa, masing-masing dari mereka saling berkompetisi untuk menduduki singgasana raja. Dalam keadaan demikian Hyksos menyerbu Mesir dan berhasil menaklukannya tanpa terjadi suatu pertempuran. Meskipun Dinasti XIII berhasil ditundukan, Akan tetapi kaum Hyksos tidak secara langsung mengambil alih pemerintahan. Pemerintahan Mesir digantikan oleh Dinasti XIV yang merupakan penduduk Mesir asli. Akan tetapi pemerintahan Dinasti XIV hanya dijadikan sebagai simbol kekuasaan sedangkan kekuasaan yang sebenarnya berada di tangan kaum Hyksos. Hyksos berkuasa untuk mengeluarkan perintah dan kebijakannya dengan menggunakan Raja Mesir sebagai boneka kekuasaannya.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh raja dari Dinasti XIV seringkali menguntungkan kaum Hyksos, karena memang kaum Hyksoslah yang sebenarnya mengeluarkan kebijakan itu sehingga lama kelamaan kekuasaan kaum Hyksos semakin bertambah kuat. Dengan keadaan yang demikian maka pemerintahan Dinasti XIV semakin lemah dan pada akhirnya kaum Hyksos menguasai Mesir secara utuh.
Kaum Hyksos kemudian membangun Dinasti XV sebagai bentuk kekuasaan baru pemerintahan Mesir dibawah kendali kaum Hyksos. Raja pertama kaum Hyksos (Dinasti XV) adalah Salatis. Pada masa pemerintahan Salatis inilah Hyksos berhasil mendirikan sebuah kota di Mesir Hilir, bernama Avaris yang akhirnya menjadi pusat pemerintahan. Adapun sikap kaum Hyksos dalam menjalankan pemerintahan sering mendapatkan kecaman dari rakyatnya sendiri, mereka seringkali sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahan terlebih pada saat awal berkuasa. Orang Mesir sama sekali tidak memperlihatkan rasa nyaman ketika kekuasaan diambil alih oleh Hyksos. Ketika Hyksos datang menyerbu Mesir, mereka membakar kota-kota-menghancurkan kuil-kuil, dan menawan para wanita serta anak-anak untuk dijadikan budak. Peristiwa tersebut masih mengakar kuat pada ingatan orang Mesir sehingga mereka menyimpan kebencian yang sangat mendalam terhadap kaum Hyksos.
Rasa ketidaknyaman rakyat Mesir terutama orang Mesir asli terhadap pemerintahan Dinasty XV ini, akhirnya mendapat tanggapan dari penguasa. Kaum Hyksos mulai beradaptasi dengan budaya dan tradisi Mesir. Secara tidak langsung, mereka ingin melakukan pendekatan kepada orang-orang Mesir. Kaum Hyksos bahkan melakukan penyesuaian dalam urusan agamanya, mereka mulai menganut agama Mesir dengan sedikit modifikasi. Kaum Hyksos menyembah dewa Seth yang merupakan dewa hasil akulturasi kaum Hyksos dengan Mesir. Dewa seth dianggap sebagai dewa gurun yang memiliki ciri berupa tubuh manusia dengan kepala burung dan bertanduk. Bukan hanya itu, kaum Hyksos membangun kembali kuil-kuil dan bangunan-bangunan yang pernah dihancurkan kaum Hyksos ketika menyerbu Mesir.
C. Bangsa Mesir merebut kembali kekuasaan dari Kaum Hyksos
Upaya kaum Hyksos untuk merubah citra mereka dihadapan orang Mesir tampaknya tidak diterima begitu saja. Orang Mesir masih menyimpan kebencian begitu dalam sejak mereka diperlakukan secara kejam dan sewenang-wenang. Akhirnya, dibawah komando Ahmose yang merupakan penguasa Mesir Hulu (Mesir selatan), bangsa mesir mengibarkan panji revolusi kemerdekaan. Revolusi kemerdekaan tersebut berhasil membawa bangsa Mesir menguasai kota Memphis dan berhasil mengepung kota Avaris yang merupakan ibu kota pemerintahan Hyksos, pada penyerangan-penyerangan selanjutnya. Kaum Hyksos yang berkuasa pada saat itu adalah dari Dinasti XVII. Dengan demikian, kekuasaan kembali ke tangan bangsa Mesir. Kaum Hyksos yang masih tersisa melarikan diri ke Palestina.
D. Akhir Riwayat Hyksos
Upaya peneyelamatan yang dilakukan kaum Hyksos dengan cara melarikan diri ke Palestina rupanya sia-sia saja. Ahmose mengepung mereka selama lima tahun sampai kesudut terdalam Palestina. Pada akhirnya, kaum Hyksos berhasil di musnahkan dan bangsa Mesir mendirikan dinasti baru yakni Dinasti XVIII (1570 SM) dengan Ahmose sebagai fir`aunnya.[3] Pada masa ini pula dimulai periode “Kerajaan Mesir Baru” dalam sejarah Mesir Kuno.
E. Peninggalan Hyksos
Kaum Hyksos yang dianggap berasal dari ras rendah oleh bangsa Mesir, rupanya mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Mesir pada aspek-aspek tertentu. Secara langsung ataupun tidak langsung keberadaan kaum Hyksos di Mesir membawa keuntungan bagi bangsa Mesir. Hyksos lebih cerdik dalam strategi peperangan, mereka telah mengenal kuda untuk menarik kereta perang sebelum bangsa Mesir mengenalnya, kaum Hyksos sudah mengenakan zirah (baju besi) saat peperangan. Pengetahuan kaum Hyksos tenang teknologi yang masih terasa asing bagi Bangsa Mesir tersebut membuat bangsa Mesir tertunduk lesu dan kemudian menyerah. Pengetahuan baru yang dibawa kaum Hyksos tersebut kemudian dimanfaatkan oleh bangsa Mesir. Selain peralatan dan teknologi perang yang cukup canggih pada saat itu, hyksospun mulai mengenalkan peralatan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti: tembikar, linen (tekstil), perunggu kepada rakyat Mesir. Peninggalan Hyksos tersebut bermanfaat hingga saat ini walaupun sekarang dibuat dengan kemasan atau bentuk yang lebih modern.
Daftar Pustaka
Yahya, Mukhtar.1985. Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta: Bulan Bintang
Hitti, Philip.1965. A short History of the Near East. Princeton: Van Nostrand Company, INC
Hall, H.R. 1924. The Ancient History of The Near East. London: Methuen & Co. Ltd
Edward E.S. 1947. The Pyramids of Egypt. London: Penguin Books
www.touregypt.net/featurestories/hyksos.htm
www.aldokkan.com
0 comments:
Post a Comment
Komentar