Tuesday, May 31, 2011

Budaya dan Tradisi Yaman

Yaman adalah sebuah negara republik dengan luas 527.970 km2 dengan ibu kota Sana`a. Bahasa resmi yang digunakan di Negara Yaman adalah bahasa Arab. Secara geografis, Yaman berada dikawasan yang cukup strategis. Berikut batas-batas negara Yaman :
o   sebelah barat : berbatasan dengan teluk aden dan Laut Merah
o   sebelah utara : berbatasan dengan Arab Saudi
o   sebelah timur : berbatasan dengan Oman
o   sebelah selatan : Laut Arab
Yaman dikenal juga dengan sebutan “Arabia Felix” (Arab Sejahtera). Sebutan tersebut melekat pada Yaman karena pada saat itu Hadramaut merupakan kawasan yang kaya apabila dibandingkan dengan jazirah Arab lainnya. Dikawasan ini pula terdapat puncak tertinggi dari pegunungan Arab yakni Jabal Bani Shaib. Di daerah pegunungan banyak terdapat dataran-dataran tinggi yang subur yang digunakan untuk pertanian. Lokasi geografis Yaman menguntungkan karena merupakan satu-satunya negara Arab yang menerima curah hujan yang substansial dan teratur. Bukan hanya itu saja, Yaman juga memiliki lembah hijau di kawasan Rasyan, Kepulauan Socotra yang dianggap merupakan kawasan taman nasional terbesar di Timur-tengah. Pada mulanya Yaman terbagi atas Yaman selatan dan Yaman Utara. Akan tetapi pada 22 mei 1992 mereka bersatu untuk membentuk negara Republik Yaman seperti yang kita kenal saat ini.

Tradisi yang kontras antara Yaman dengan Indonesia bisa dilihat pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sebutan khas untuk hari raya Idul Fitri di Indonesia dikenal dengan sebutan Lebaran. Biasanya masyarakat Indonesia mempersiapkan lebaran jauh sebelum perayaan Idul Fitri ini dilaksanakan. Berbagai lapisan masyarakat Indonesia baik pelajar, karyawan, pejabat pemerintah, maupun orang yang memiliki profesi penting lainnya yang berdomisili diluar daerah tempat tinggal keluarganya berbondong-bondong untuk merayakan lebaran bersama keluarga mereka di kampung masing-masing. Istilah pulang kampung ini lebih popular dengan sebutan mudik, bahkan hingga saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang memberikan jasa
pelayanan mudik gratis berkaitan dengan kentalnya tradisi mudik di Indonesia. Selama perayaan, berbagai hidangan disajikan. Hidangan yang paling populer dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah ketupat, sedikit berbeda dengan makanan yang di hidangkan di Hadramaut salahsatu provinsi di Yaman bagian selatan. Jika di Negara Indonesia makanan yang popular pada saat perayaan Idul fitri adalah ketupat maka di Hadramaut makanan yang biasa dihidangkan adalah berupa kue, daging domba dicampur dengan sayur-sayuran. Setelah melalui rangkaian shalat Ied biasanya masyarakat berkunjung ke rumah-rumah tetangga ataupun saudaranya untuk bersilaturahmi (halal bi-halal). Dimikian gambaran umum mengenai perayaan idul Fitri di Indonesia. Berbeda dengan perayaan Idul Fitri di Indonesia, perayaan Idul Fitri di Yaman justru relatif sepi dan berkesan biasa saja. Jika di Indonesia menjelang lebaran suasananya begitu meriah, mulai dari takbir yang menggema di mana-mana, genderang bedug yang bertalu-talu, penganan yang berlimpah, silaturahmi yang tiada henti hingga ritual halal bihalal bahkan Idul Fitri menjadi salah satu hari libur Nasional, maka di Yaman menjelang hari raya Idul Fitri tak ada kue yang disiapkan di meja untuk menyambut tamu sebagaimana lazimnya di Indonesia, bahkan budaya silaturahmi terhadap tetangga atau kerabat dekatpun tidak dijumpai. Situasi pasca-rangkaian ibadah Ied pun relatif lebih tenang dibandingkan dengan hari-hari biasa karena mereka cenderung memilih untuk berkumpul bersama keluarga masing-masing di rumah. Akan tetapi meskipun demikian, tidak semua wilayah Yaman memiliki tradisi seperti diatas. Ada diantaranya suatu wilayah di Yaman bagian selatan yakni Provinsi Hadramaut memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam hal tradisi perayaan Idul Fitri. Lazimnya warga Indonesia yang merayakan labaran dengan memakai pakaian yang serba baru, warga Hadramaut juga membeli beberapa potong pakaian untuk lebaran. Bedanya, jika masyarakat Indonesia jauh-jauh hari sudah mempersiapkannnya, warga Hadhramaut justru baru membelinya malam lebaran. Sehingga akibat dari adanya tradisi tersebut, pada malam lebaran jalanan di beberapa kota di Hadramaut akan macet total. Bukan macet karena disebabkan takbir keliling seperti di Indonesia. Namun, kemacetan tersebut timbul karena hampir semua warga Hadramaut pergi ke kota untuk membeli pakaian hari raya. Pasar-pasar kota akan penuh oleh penduduk sampai menjelang subuh. Pagi harinya, pakaian yang telah mereka beli tersebut di pakai tanpa lebih dulu menanggalkan cap yang tertempel di pakaian yang mereka beli sehingga siapapun akan tahu merek baju dan sarung yang mereka beli lengkap dengan bandrol harga yang tertempel.

Sarung telah menjadi pakaian tradisional masyarakat Yaman. Tradisi penggunaan sarung telah melekat kuat bagi masyarakat Yaman sejak dari dulu hingga saat dan menjadi identitas tersendiri bagi mereka. Bahkan sarung menjadi bagian dari seragam dinas kepemerintahan. Di Yaman petugas keamanan, petugas administrasi, pejabat pemerintah diperbolehkan menggunakan sarung ketika bertugas. Bahkan,  hingga saat ini sarung Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas tradisional dari Yaman. Berbeda dengan Indonesia sarung menjadi salah satu pakaian tradisi Muslim di Indonesia untuk melakukan rangkaian kegiatan peribadatan, misalnya : pakaian untuk sholat, pergi ke masjid, pergi tahlilan ke tempat saudara maupun teman yang meninggal, dan memperingati hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Di Yaman sendiri sarung disebut dengan futah.

Sebagaimana halnya kebiasaan memakai sarung, masyarakat Yaman juga terbiasa mengenakan jas dan Jambiya dalam kesehariannya. Petugas keamanan atau pedagang kaki lima juga sudah terbiasa mengenakan jas sewaktu menjajakan dagangan mereka. Oleh karena saking terbiasanya penduduk Yaman mengenakan jas, maka pakaian inipun dijual dipinggir-pinggir jalan oleh banyak pedagang kaki lima. Selain itu, ada pula jas yang dijual di toko atau butik-butik dan tentunya dengan harga yang relatife lebih mahal. Jambiya adalah sebilah pisau atau belati yang dibelitkan pada sebuah sabuk. Jambiya selalu diletakkan di bagian depan badan, dan tidak pernah diletakkan di bagian belakang sebagaimana keris dalam tradisi Jawa. Jambiya merupakan salahsatu ciri khas budaya pada pakaian tradisional Yaman. Kita bisa menemukan Jambiya di banyak tempat baik di pedagang kaki lima hingga di toko-toko seperti halnya jas. Hal ini bukan berarti menggambarkan bahwa disana adalah negara yang tidak aman dan sering terjadi kejahatan sehingga membutuhkan peralatan sebagai perlindungan. Akan tetapi, jambiya biasanya hanya menjadi simbol kejantanan seorang laki-laki. Mereka menganggap jambiya ini hanya sekadar senjata hiasan saja.

Pakaian khas wanita di Negara Yaman adalah berwarna hitam dan menutupi seluruh tubuhnya kecuali tampak bagian mata dan telapak tangan. Akan sulit ditemukan seorang wanita dengan pakaian yang warna-warni apalagi yang mengumbar bagian tubuhnya. Keadaan seperti ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi orang-orang yang berada di Yaman baik laki-laki maupun perempuan.

Banyak terdapat keunikan dan kekhasan dari budaya dan tradisi penduduk Yaman. Salahsatu yang paling menonjol adalah kebiasaan mengkonsumsi suatu jenis dedaunan yang bernama qat. Biasanya mereka mengunyah dedaunan ini pada sore hari. Meskipun dalam kadar yang relatif kecil, dedaunan ini ternyata memiliki sedikit efek psikotropika. Akan tetapi efeknya tidak begitu berbahaya namun sudah pasti menyebabkan efek kecanduan. Mereka mengkonsumsi dedaunan (qat) ini untuk meningkatkan gairah kerja dan membuat mereka tidak mudah lelah. Ketika seseorang sedang mengunyah dedaunan ini, salah satu bagian pipinya kelihatan menggelembung, seperti orang yang sedang mengulum sebuah permen sebesar bola pingpong. Biasanya pada sore hari banyak terlihat pemuda berkeliaran dengan pipinya menggelembung. Ini berarti bahwa mereka mengkonsumsi daun qat tersebut. Dedaunan ini legal untuk dikonsumsi di Yaman. Ketika seseorang sedang mengunyah dedaunan ini, salah satu bagian pipinya kelihatan menggelembung, seperti orang yang sedang mengulum sebuah permen sebesar bola pingpong. Biasanya pada sore hari banyak terlihat pemuda berkeliaran dengan pipinya menggelembung. Ini berarti bahwa mereka mengkonsumsi daun qat tersebut. Makanan pokok tradisional Yaman adalah sorgum. Selain itu mereka menggunakan lentil dan kacang polong sebagai makanan pengganti sorgum. Sebagaiman lazimnya mereka makan tiga kali dalam satu hari. Pada saat sarapan biasanya mereka menyajikan teh dan roti yang terbuat dari sorgum dan barley. Siang hari mereka biasanya menikmati minum segelas teh atau kopi. Makan malam dengan bubur yang dibuat dari fenugreek dengan daging, telur, sayuran, dan rempah-rempah yang disajikan panas diatas mangkuk tanah liat.
  
Keunikan lain di Negara Yaman juga bisa dijumpai di kota Tarim Al-Ghanna. Di kota ini syariat islam masih melekat pada kaum wanita, berbeda dengan kehidupan wanita di wilayah lainnya yang sudah terbiasa meninggalkan syariahnya. Kota yang besarnya tidak lebih dari luas sebuah kecamatan di Indonesia ini memang sangat istimewa. Walaupun kecil namun jumlah mesjidnya saja sangat banyak, kurang  lebih 365 buah, dan zawiyah-zawiyah yang makna asalnya adalah pojok-pojok yang berfungsi sebagai tempat ibadah para ubbad (ahli ibadah). Wanita-wanita Tarim sudah terbiasa dari sejak kecil dalam kesehariannya berdiskusi tentang alqur`an, tasawwuf, adab, akhlak, dan ilmu agama lainnya. Sedikit sekali pengetahuan mereka tentang musik, tindakan kriminal, karena mereka dibesarkan dilingkungan para ulama yang penuh dengan kesahaajaan dan keramahtamahan sehingga tercipta kehidupan yang tenang dan damai. Lebih dari hal tersebut diatas, bahkan mereka tidak pernah melihat lelaki selain keluarga terdekatnya. Oleh karena itu, ketika wanita tersebut menikah dengan seorang laki-laki adalah wajar jika mereka merasa asing terkait dalam kehidupan kesehariannya sangat jarang melakukan interaksi bahkan tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki selain dari keluarga terdekatnya. Mereka tidak pernah menyusahkan suaminya, demikian pula sebaliknya. Apabila makanan habis atau membutuhkan sesuatu, mereka tidak berani mengutarakannya pada sang suamin karena khawatir suaminya sedang tidak ada uang atau sedang sibuk. Maka untuk menyatakan bahwa sing istri membutuhkan sesuatu maka cukup dengan memberikan satu tanda seperti meletakan bungkusan kosong di meja atau dengan benda mencolok lainnya sehingga sang suami mengerti  terhadap maksud sang istri. Demikianlah keharmonisan keluarga yang sudah melekat pada setiap keluarga di sudut-sudut kota Tarim ini. Demikian pula keluhuran budi yang ditonjolkan oleh wanita Tarim ini patut menjadi contoh bagi wanita-wanita di kota lainnya.

Terlepas dari pembahasan wanita Tarim, proses perkawinan di Yaman pada umumnya masih tradisional. Pernikahan diatur oleh keluarga kerabat mempelai wanita yang menyarankan pengantin potensi untuk dia dan ayahnya.  Dalam kebanyakan kasus, ayah wanita tersebut mengajukan beberapa pertanyaan tentang keinginan calon pengantin sebelum kontrak pernikahan dipersiapkan. Ayah dari pengantin pria harus membayar mahar dan keluarga pengantin wanita diharapkan dapat membantu ketika dibutuhkan. Peraturan perkawinan di Yaman memungkinkan seorang laki-laki untuk menikahi hingga empat istri jika ia memperlakukan mereka secara adil. Dalam stereotip budaya, wanita dipandang lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini dipengaruhi pula oleh salahsatu tugas pokok laki-laki sebagi tulang punggung keluarga, penyedia keuangan keluarga, bertanggungjawab atas kesejahteraan dan prestise keluarga sedangkan wanita sebagian besar hanya sebagai ibu rumah tangga saja meskipun ada diantaranya beberapa wanita di perkotaan yang memiliki pekerjaan dalam pendidikan dan kesehatan, dan lain-lain. Laki-laki maupun wanita dapat meminta bercerai jika masing-masing pihak merasa tidak nyaman dalam kehidupan berumah tangga sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila perceraian itu diprakarsai oleh sang suami, maka mantan istri baru bisa kawin lagi setelah empat bulan dan sepuluh hari. Apabila keduanya sudah mempunyai anak maka sampai usia tujuh tahun anaknya tetap dengan ibu.

Penduduk muslim Yaman sangat memperhatikan lima rukun islam dan seluruh rangkaian ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Hari libur yang berlaku secara umum adalah hari jum`at. Sedangkan perayaan agama mencakup perayaan pada tanggal 27 Ramadhan serta 1 Syawal (hari raya Iedul Fitri), Pesta Leser, Iedul Adha (hari raya Qurban), peringatan Maulid nabi Muhammad SAW, peringatan kesyahidan Imam Husain (10 muharram), peringatan Isra dan Mi`raj Nabi Muhammad SAW, dan ziarah kubur yang menjadi ciri tersendiri bagi penduduk Yaman. Ziarah biasanya dilakukan terhadap kuburan orang-orang kudus lokal. Berikut akan disajikan cara/proses pemakaman oleh penduduk Yaman :
      Tubuh orang yang meninggal dicuci/dimandikan
      Diberikan/dioleskan minyak weangian
      dibungkus dengan kain kafan putih 
      Almarhum harus dimakamkan sebelum matahari terbenam.
Sudah menjadi tradisi bahwa pada saat hari kematian.  Wanita tidak diperkenankan menemani jasad ke kubur, hanya diperkenankan tinggal di luar kuburan.  Selama tiga hari pertama berkabung, Al-Qur`an dibaca dan kerabat serta teman-teman mengunjungi keluarga orang yang meninggal.  Peringatan kematian orang meninggal biasanya diadakan pada hari ketujuh dan keempat puluh sesudah kematian.

Pada umumnya, budaya dan tradisi yang melekat pada penduduk dan atau negara Yaman sendiri sama halnya dengan  negara-negara Arab lainnya baik dilihat dari gaya komunikasi, bahasa, peraturan transportasi, dan sebagainya. Untuk menegetahui lebih rinci mengenai budaya dan tradisi negara-negara Arab, berikut ini disajikan data dan fakta budaya dan tradisi negar-negara Arab :
·  Bahasa Arab digunakan secara resmi oleh lebih dari 22 negara. Bahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, Bahasa Arab Fusha (bahasa arab standar baku/classical Arabic), bahasa religius dan sastra yang diucapkan dan dituliskan secara seragam di dunia Arab. Kedua, Bahasa Arab `Amiyah (bahasa arab pasaran) bahasa Arab untuk percakapan sehari-hari (colloquial Arabic), bahasa lisan informal yang berbeda-beda, tergantung dialek masing-masing daerah
·  Komunikasi non-verbal lebih sering digunakan oleh sebagian besar orang Arab.
·  Cara bangsa Arab berkomunikasi bersifat kultural.
·  Orang Arab biasanya  berbicara berlebihan (hiperbol) dan  kerapkali berbasa-basi dalam berdialog.
·  Orang arab terbiasa mengekspresikan perasaannya sejak kecil. Orang Arab terbiasa bersuara keras untuk mengekspresikan kekuatan dan ketulusan. Bagi mereka, suara lemah dianggap sebagai kelemahan atau tipu daya. Sering terjadi kesalahpahaman antarbudaya jika orang Indonesia berkunjung ke negara Arab karena menurut orang Indonesia, suara lantang menunjukkan kemarahan.
·  Budaya / tradisi masyarakat Arab mementingkan keramahtahaman terhadap tamu, kemurahan hati, harga diri, kehormatan. Nilai kehormatan orang Arab sangat melekat pada anggotanya terutama wanita yang tidak boleh diganggu oleh orang luar.
·  Pengguna jalan umum (kendaraan pribadi/umum)berada di jalur kanan.
·  Bagi orang Saudi, rumah merupakan tempat privasi yang tidak boleh sembarang orang masuk ke dalamnya.
·  Bergandengan tangan sesama jenis merupakan ‘aib’.
·  Rata rata orang Saudi tidurnya justru pagi hari, bangunnya siang hari bahkan ada yang sampai sore hari.
·  Orang Indonesia kalau bertemu dengan teman, atau kerabat biasanya salaman tangan, namun di negara Arab dilakukan dengan beradu pipi kanan dan kiri sebanyak lebih tiga kali, bahkan ada yang beradu hidung kalau bertemu, tergantung dengan siapa dia bertemu.

1 comments:

Post a Comment

Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More